Sedekah merupakan sebutan lain dari shodaqoh. Maknanya memberikan sebagian yang kita punya. Sebagian itu tidak seluruhnya, artinya bahwa sedekah tidak akan membuat yang kita miliki hilang semuanya secara fisik. Konsep sedekah sangat indah, sebab di dalamnya mengajarkan seseorang untuk berbagi, bersimpati dan berempati dengan orang lain.
Lebih dari keunggulan-keunggulan seperti tersebut di atas, sebenarnya sedekah punya banyak efek positif. Dan hebatnya, efek positif dari sedekah bisa langsung dinikmati walaupun seringkali efek tersebut terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Beberapa bulan lalu, atau tepatnya bulan Juni salah putri sulungku terkena tipes dan mesti diopname di ruma sakit. Sebagai ayah tentu aku pribadi mengobatkannya sesuai SOPnya (baca: Es O Pe), yaitu datang ke dokter umum untuk konsultasi mengenai gejala panas yang menimpanya. Setelah panas belum turun, harus kembali ke dokter untuk konsultasi lanjut mengapa panas tidak kunjung turun. Hingga akhirnya harus tes darah untuk memastikan bahwa putri sulungku benar-benar terkena tipus.
Aku mengambil langkah seperti pengalaman terdahulu yaitu meminum ramuan cacing. Syukur banget pembuat ramuan cacing ini tetangga sebelah sehingga mudah untuk memesannya. Setidaknya ada 2 botol sudah aku pesankan, syukur pula panas badannya belum juga turun. Padahal selama ini, ramuan cacing sangat dahsyat buat mengobati tipes. Terbukti dulu ketika terindikasi kena gejala tipes, ramuan cacing menjadi obat mujarabnya.
Aku pribadi tidak menyangka kog panasnya tak kunjung turun. Padahal, selama panas tubuh belum turun, ya jangan diharap dokter akan mengabulkan pasien untuk pulang ke rumah. Kebolehan pulang ke rumah sangat tergantung pada suhu tubuh si sulung saja. Bila suhu normal, itu berarti bahwa ada lampu hijau untuk segera mengakhiri pemondokan di rumah sakit, tapi sebaliknya bila suhu badan tetap tinggi, ya jangan diharap tiket pulang di tangan.
Melihat urutan-urutan pengobatan yang ternyata tidak membuahkan hasil yang menggembirakan, mengingtakanku untuk mencoba mengoreksi diri apakah ini memang ujian dari allah untuk menaikkan sifat kemulian atau malah kebalikannya, peringatan Allah padaku sebagai hamba yang melenakanNYa. Aku menyadari bahwa kepasrahanku padaNya setengah hati. Aku coba menata hati kembali bersama istri. Kulibatkan istri karena dia punya daya tawar tinggi pada Allah. Kenapa? karena dia yang melahirkanbsi anak. Hingga akhirnya kami mengambil keputusan bersama bahwa kami harus segera mensedekahkan sebagian yang kami punya pada orang yang secara ekonomi tidak beruntung.
Pada siang yang pasti panas karena di Semarang, aku coba hunting anak-anak jalanan yang sering mangkal di lampu merah. Sasaran petama di daerah jalan DR Cipto. Sayang aku tidak menemukan sasaran. Kulanjutkan ke daerah simpang 5, trus muter Jalan Pahlawan, jalan Panadanaran. Hasilnya nihil karena tidak menemui sasaran. Hari itu perburuan terhadap anak jalanan nihil alias tidak ketemu. Lucu saja rasanya, kenapa pada hari biasa begitu banyak ditemui anak jalanan, tapi justru ketika aku butuh, ternyata mereka malah sembunyi.
Dalam hati aku bergumam “aku mesti ganti sasaran yang jelas-jelas tidak akan sembunyi apalagi lari, yaitu panti asuhan”. Aku putuskan juga bahwa malam itu aku harus menemui pengurus Yatim piatu guna memberikan sedekah. Rasanya plong ajah bisa mengeluarkan sedekah.
Aku berharap sedekah yang sedikit itu tergolong amal salih. Semoga dengan perantaraan amal salih ini menjadikan anak kami yang sakit, segera sembuh dan kembali sehat seperti sedia kala.
Pagi harinya, kira-kira jam 10.00 ada telepon dari istri yang berada di rumah sakit. Dia mengabarkan bahwa anak kami sudah sehat. Suhu badan yang selama ini naik turun sudah stabil normal. Dengan senyum yang renyah istriku bilang kalau anak kami sudah boleh dibawa pulang saat itu juga.
Aksiku tergolong terlambat, coba saja kalau aku sedekah beberapa hari lalu, tentu tak perlu rasanya si sulung nginap beberapa hari di rumah sakit. Tuhan! ampuni kami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar