Kamis, 22 April 2010

Anak-Anak Dan Masjid

Sekarang ini sebenarnya saya sedang prihatin dengan masjid yang ada di desa saya walau masjid itu bukan tempat yang biasa aku salat Jum’at sedari kecil. Saya prihatin bukan karena bangunan masjid tersebut sudah usang dan tidak layak huni lagi. Justru bangunan sekarang sudah bagus banget dibanding beberapa tahun sebelumnya. Yang menjadikan saya prihatin adalah sikap yang diambil oleh pengurus atau takmir masjid yang melarang anak-anak main di sana. Ada tulisan besar yang siap menghadang anak-anak ke masjid, yaitu tulisan “DILARANG BERMAIN”. Tulisan tersebut sangat jelas maknanya bahwa anak-anak dilarang bermain di Masjid, bahkan di halaman masjidpun sepi dari anak-anak.

Ketika anak-anak main di masjid, banyak jamaah yang merasa bahagia, tapi ada juga anggota jamaah yang tidak tidak senang dengan kehadiran mereka. Salah satu alasan ketidak sukaan jama’ah terhadap anak-anak adalah karena anak-anak itu senang membuat gaduh. Kadang mereka tertawa cekikikan waktu para jamaah sedang salat, bahkan tak jarang mereka menangis karena suatu sebab.

Para jamaah merasa bahwa kegaduhan anak-anak membuat kekhusukan mereka terganggu. Seraya mengatakan “Masjid itu kan tempat ibadah, bukan tempat main apalagi untuk untuk cekikikan”.

Menurut saya, sebenarnya anak-anak boleh saja main ke masjid atau musala. Kalau mereka belum bisa bilang kalau mau pipis, maka orang tuanya bertanggung jawab penuh mendampinginya agar sewaktu-waktu pipis, air pipisnya tidak mengenai jamaah lainnya. Kalaupun anak-anak sudah bisa bilang ketika mau pipis juga tetap diawasi sebab siapa tahu masih senang iseng terhadap jamaah lainnya.

Barangkali pengawasannya tidak cukup dengan itu. Orang tua juga harus mengambil posisi barisan belakang saja untuk menjaga kekhusukan para jamaah.

Anak-anak usia TK/SD juga perlu diajak ke masjid dengan pendampingan orang tuanya. Demikian juga anak-anak yang lebih besar, mereka seharusnya bisa diajak ke masjid. Mengapa mereka harus ke masjid?

Saya pribadi tidak pernah melarang anak-anak saya ikut ke masjid biarpun mereka perempuan. Bagi saya tidak ada bedanya antara perempuan dan laki-laki dalam kasus ini. Mereka sama-sama berhak untuk kenal masjid sebagai tempat untuk salat. Mereka berhak menyaksikan orang-orang salat berjamaah.

Bila akhirnya mereka itu melakukan sedikit iseng atau melakukan sesuatu yang membuat gaduh, maka harus disadari bahwa mereka itu anak-anak yang masih senang bermain. Rasa ingin bermain mereka sedikit banyak akan berkurang sejalan dengan pertambahan kedewasaan mereka. Bila anak-tidak main, justru itu menandakan bukan sebagai anak-anak.

Saya punya pengalaman yang kurang menyenangkan dalam kasus anak-anak dan masjid. Ada salah satu keluarga saya yang tidak sering diajak ke masjid atau musalla waktu kecil. Alasan kenapa tidak diajak juga masuk akal, yaitu agar tidak mengganggu jamaah yang lagi salat. Karena pertimbangan inilah maka dia yang paling jarang ke masjid.

Sekarang akibatnya sudah bisa dirasakan, dari seluruh anggota keluarga yang tidak disiplin dalam menjalankan ibadah adalah saudara saya yang tidak di ajak ke masjid waktu masih kecil.

Kejadian yang menimpa keluarga saya ini seharusnya menjadi pelajaran kepada siapa saja bahwa bila kita ingin anak-anak kita atau generasi muda ingin menjadi yang taat ibadah, maka sedari kecil sudah harus kita ajak ke masjid. Bagaimana mereka akan menambatkan hatinya di masjid manakala mereka tidak mengenal masjid kecuali dari corong microphone yang keluar setiap awal waktu salat tiba.

Apalah artinya ngepel lantai masjid sementara kemudian anak-anak kita bisa menjadi orang-orang yang ahli ibadah lantaran mereka adalah bagian dari masjid itu sendiri.

2 komentar:

Nu mengatakan...

susah mas di indonesia, anak-anak selalu diusir dari masjid... :(

Anonim mengatakan...

sy pun pernah dilarang seorang jamaah mesjid krn bawa anak, padahal anak saya menurut sy tidak mengganggu, anak sy cuma berdiri di depan yg sholat dan memperhatikan, itupun tidak menggangu ketika ruku dsb, namun entah kenapa itu saja membuat kekhusuan sang kakek terganggu!!!
padahal saya merasakan perubahan karakter anak saya yang menjadi sedikit pede dan tidak pemalu ketika saya sering mengajak ke mesjid dan pengajian' anak saya jadi bisa bersosialisasi dengan anak yg lain dan tidak malu lagi ketika ditanya tamu yang datang ke rumah, sy pun memang sengaja mengajak anak saya (yg perempuan tsb) ke mesjid bukan untuk mengajarkan sholat saja tapi mengajarkan bagaimana nantinya anak saya terbiasa bersosial, bermasyarakat, bergaul dan menjadi aktifis yg terbiasa di depan forum