Minggu, 04 April 2010

Keyakinan

Keyakinan atau iman merupakan kepercayaan mutlak terhadap sesuatu. Iman kepada Allah berarti percaya secara mutlak kepada Allah tanpa ada syarat apapun. Dalam keseharian, kata iman sangat mudah diucapkan namun sangat sulit diimplementasikan. Lebih lagi, iman susah dikontrol oleh orang lain. Yang tahu keimanan seseorang adalah seseorang tersebut dengan Maha Pencipta alias Allah. Boleh jadi seorang mengumbar kata kata iman, tapi tetap saja susah dibuktikan secara fisik bahwa dia beriman.

Sebagai contoh adalah seseorang yang berpuasa. Sebenarnya, yang tahu seseorang berpuasa adalah antara pelaku dengan Allah. Bila puasa ditandai dengan tidak makan, minum atau perbuatan lainnya yang membatalkan puasanya di hadapan orang lain, maka sesungguhnya sangat mudah mengecoh dengan berpura-pura puasa. Misalnya, pergi ke ruang tertutup, maka sangat mungkin untuk makan atau minum tanpa diketahui oleh orang lain.

Nampaknya keimanan mempunyai kekuatan yang luar biasa. Sebagai ilustrasi banyak sekali orang dewasa yang tidak bekerja mengeluarkan keringat tidak berpuasa sehari penuh pada bulan Ramadan. Sedang sebagian anak kecil mampu melaksanakan puasa selama sebulan penuh tanpa ada lubang sekalipun. Dalam suatu keluarga umpamanya, ada salah satu anggota keluarga yang sudah dewasa namun tidak mampu puasa penuh dalam satu bulan dengan alasan yang tidak jelas. Sementara dua keponakannya mampu melaksanakan puasa sebulan penuh padahal mereka baru berumur 7 dan 8 tahun.

Yang menjadi tanda tanya mengapa orang dewasa tidak kuat puasa Ramadan sebulan penuh sementara anak kecil yang berumur 7 dan 8 tahun mampu puasa sebulan penuh.

Saya tetap berpendapat bahwa hanya keimanan yang mampu menggerakkan seseorang berpuasa atau melaksanakan ibadah lainya secara sempurna. Seorang dewasa tidak mampu puasa karena tidak yakin penuh bahwa puasa Ramadan itu titah Yang Maha Kuasa yang harus dijalankan, sementara anak-anak biarpun mereka masih kecil, namun mereka percaya penuh bahwa perintah puasa itu dari Allah yang tidak boleh ditinggalkan.

Keimanan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan atau yang akan ditinggalkan. Keimanan inilah yang akan mengontrol semua perbuatan. Seorang beriman akan merasa malu bila melakukan perbuatan yang nista. Dia merasa malu bukan karena dilihat orang lain, tapi lebih merasa bahwa apa yang dilakukannya selalu diawasi oleh Yang Maha Melihat.

Sama halnya dalam kehidupan sehari-hari, seorang beriman akan sangat terikat dengan keimanannya. Semakin dia menjaga keimanannya, semakin kuat dia mengontrol perbuatannya.

Jadi, bila ada seseorang selalu beribadah sepertinya sangat khusuk tapi masih tega mengambil sesuatu yang bukan haknya, menyakiti orang lain tanpa alasan yang jelas, atau berbuat maksiat lainnya, baik yang merugikan dirinya maupun orang lain, maka sesungguhnya dia memperlihatkan bahwa dirinya masih menyimpan persoalan keimanan dalam dirinya.

So, Apakah benar kita sudah beriman?

Tidak ada komentar: